Monday, May 30, 2005

Putus-Nyambung, Putus-Nyambung

Sobatku lagi mengalami hal itu. Putus-nyambung, putus-nyambung. Sebetulnya hubungan mereka udah gak bisa dibawa kemana-mana. MBA. Memang Beda Agama :) gitu deh istilahnya. Pilihan cowonya, sobatku ini masuk agama dia, atau tetep ngejalanin agama masing-masing di pernikahan nanti. Pilihan yang sulit ya. Padahal dulu pas mereka jadian kita2 udh ngingetin, jangan terlalu dalam hubungannya. Soalnya, wasting time. Di umur yang sudah 27-to 30 begini suatu hubungan yang dijalin sedapet mungkin harus bermuara. Beda dengan usia 17-23an. Mau wara-wiri gak jelas juga monggo wae. Makan-nonton-makan-nonton silahkeun aja. Tapi ya mau gimana lagi, kalau cinta sudah bicara, bablas aja. Segimana nanti,... bukan nanti gimana?
Sekarang ini, sobatku udh putus. Tapi masih nyambung aja. Susah lepas, katanya. Abis gimana lagi, orangnya enakeun, baik, nyambung, humoris, pokoknya udah asoy-geboy gedebug-enjoy lah :) kira-kira gitu untuk menggambarkan hubungan mereka. Sekarang ini, gw udh coba ngenalin ke temen yang sama-sama seagama. Kata sobatku, "gak enakeun, terlalu serius.." ya sudah. Sobatku ini sifatnya jadi agak plin-plan. Hari kemarin misalnya telepon,"udh kok nyuy, bener-beneran udahan kali ini, gw udh mikir serius. Kemarin juga pas sholat gw dapat pencerahan dan udh gak kepengen lagi sama dia.." gitu katanya. Tapi hari ini dia bilang lain lagi. "Aduh, sorry ya nyuy, gak bisa pergi sekarang, soalnya dia mau jemput, kita mau makan dulu." hmmmm...plin-plan.
Begitulah. Menurutku, saat ini gak bisa satu orangpun yang dapat membantu, kecuali dirinya sendiri. Dulu gw pernah mengalami hal yang sama. Putus-nyambung, putus-nyambung dalam suatu hubungan. Tapi ketika suatu hubugan gak bisa dibawa kemana-mana lagi ya sudah. Lebih baik berhenti daripada menyakitkan. Coba ya, kalo sobatku ini nurut sama omongan gw, bahwa nanti akan datang saatnya Allah SWT memilihkan seseorang untuk kehidupan duniawi dan akhirat, yang insya Allah diridhoi oleh-Nya. Pastinya malah lebih bersyukur untuk bisa lepas dari orang yang nyata-nyata bukan buat kita. Malah mungkin lebih indah bila menghayati hal itu seperti yang gw alamin saat ini. Ketika suasana hati sudah tidak bimbang. Ketika kenikmatan yang Allah SWT berikan tergambar di depan mata. Kata putus lebih tepat ketika dahulu diucapkan, ketimbang tidak mendapatkan kenikmatan yang penuh dengan ridho Allah SWT seperti saat ini. Kalau saja sobatku menyadari hal itu...hmm...

No comments: