Thursday, March 10, 2005

Being Single..

Menjadi wanita single bukanlah pilihan, tapi suatu keadaan. Begitulah yang gw yakini sebelum gw menikah. Bukan apa-apa, rasanya menjadi single di usia hampir 30, menjadikan kita berasa sebagai alien di suatu kota. Ada perbedaan ketika kita gak punya pasangan di kota besar, dan di kota kecil. Dulu gw merasakan itu. Keadaan yang mengharuskan gw untuk pergi pulang ke Bandung sendiri pada waktu wiken. Disini (red: jakarta) belum kerasa apa-apa. Setibanya di Bandung, setelah berlama-lama di rumah, pastilah pengen jalan-jalan, ke Factory Outlet, jajan batagor, yang pada intinya: jalan-jalan seputar Bandung. What a small Bandung! Rasanya tiap pengkolan pasti ketemu temen. Temen SMP lah, SMA lah, kuliah lah, belum lagi temen2 les. Mereka rata-rata berpasangan. Apakah gw sirik? ah engga, being single gak kerasa enaknya. Bebas. Coba baca artikel yang gw liat tadi, menjadi wanita single lebih menyenangkan kata cewe dalam artikel itu. Tanggapan datang dari seorang wanita berumur 39 tahun yang berada di Auckland. Rasanya being single bukan masalah kan?

Yup, menurut satu pandangan memang begitu. Tidak ada masalah. Tapi coba ke acara-acara keluarga. Semacam arisan. Rasanya semua pandangan mempertanyakan:

"kapan nikah?"
"kenapa sendiri aja?",
"tuh liat, temen-temen kamu udh bawa anak!"
"ayo buru-buru, keburu orang tua gak ada!"
"kamu sih, sekolah mulu, jadi gak nikah-nikah!"
"kasihan tuh si ibu, mikirin kamu terus!"

Malah dalam artikel itu, lebih baik di luar negeri, ketimbang harus deket orang tua yang mempertanyakan hal sama.

Trus apa sebetulnya yang tidak menyenangkan ketika single, selain dari pertanyaan orang itu?hm..menurutku pada waktu itu, Gak Ada! semuanya serba menyenangkan. Toh, gw yakini betul bahwa semuanya adalah proses. Jadi ketika pergi ke toko buku sendiri, nonton DVD sendiri, makan sendiri, ke mall sendiri, beli baju sendiri, ke undangan sendiri, kesemuanya bukanlah siksaan. Tapi merupakan kesenangan hidup sebagai suatu episode kehidupan. Jadi, trik untuk menghadapi kesendirian adalah: Optimis, Cuekis, dan Peduli dah! Karena lebih baik sendiri, ketimbang memaksakan diri jalan dengan orang yang gak buat kita nyaman!

Ketika gw ditanya, enak single? apakah enak berkeluarga? jawabnya hm..DUA-DUANYA! :) toh dua-duanya proses hidup yang harus dijalani, ya ndak?!

Hasil editan:

mungkin yang dimaksud disini.."hidup melajang bukan pilihan, tp suatu keadaan yang sementara," gitu kali ya vis? yup that's rite! kita sama-sama gak menafikkan pernikahan, tp waktu itu manakala blum kunjung tiba si soulmate, bukan berarti kita bermuram durja ya toh? kan masih bisa ngelakuin hal-hal lain yang lebih bermanfaatttt..seperti ke toko buku, ke british council, ke toko kaset...sambil berharap jodoh ada diseputar itu hihihi...go for it, beib!

4 comments:

Anonymous said...

"Menjadi wanita single bukanlah pilihan, tapi suatu keadaan. Begitulah yang gw yakini sebelum gw menikah. Bukan apa-apa, rasanya menjadi single di usia hampir 30, menjadikan kita berasa sebagai alien di suatu kota....."

GOSh!!!..what kind of silly thoughts that you have in mind...!!!
hidup dengan berpasangan dan hidup single mempunyai kenikmatin sendiri tergantung bagaimana kita menyikapinya kalo gw sih lebih memilih menikmatinya seperti... susu coklat diminum anget anget enak, diminum lagi dingin juga enak...tergantung kebutuhan dan suasana...dua2nya menurut gw menenangkan dan menyamankan..hehehehe

mengenai pertanyaan yang keluar saat arisan keluarga hehehhe...gw sih lebih senang menyikapinya dengan ketawa aja...mo gimana lagii itu emang sesuatu yang ngga akan pernah dan bisa ilang...dan yakinlah pertanyaan seperti itu tidak akan berhenti walopun kita sudah menikah...mo tau contoh perkembangan selanjutnya...
"sudah isi belum??..."
"ayoo dounk..jangan ditunda tunda..."
"nanti keburu tua loh...?"
"makanya jangan kecapean atuh..."

heheheh...emang susah jadi orang melayu.....

jadi menurut gw..being singel itu adalah merupakan Pilihan Hidup...dan menikah adalah suatu keadaan...
suatu keadaan dimana Pacar melamar untuk menikah dan kita mau
keadaan dimana orang tua sudah mengharuskan untuk menikah
keadaan dimana umur sudah dianggap cukup bahkan telat untuk menikah
keadaan dikarenakan teman teman sudah menikah semua...

komen ini gw buat bukan karena gw "high Quality Jomblo loh...ehhehehe tetep jualan...." tapi lebih dari bagaimana gw menikmati hidup itu...

yahhh sepertinya yang gw sebut diatas...gw tinggal menimmati susu coklat gw sesuai dengan keadaan dan situasi yang sedang gw jalanin sekarang...

slurpppp...hmmmmm nikmat!!!

Cheers
VISI

Nurul Diana said...

heheh..wah..silly ya gw?
gw memilih kata-kata PILIHAN, bukan PILIHAN HIDUP.

Kalau disebutkan pilihan hidup, gw mengartikan sebagai arahan hidup gw ke depan. Apakah pilihan gw saat ini? HIDUP SINGLE, dan Apakah pilihan hidup gw? Menjalani kehendak Allah SWT dengan sebaik-baiknya. Begitulah cara gw menyikapi, ketika single, ataupun ketika (akhirnya) gw menikah. Karena kebetlan Allah SWT telah memilihkan pasangan hidup, yang kebetulan sudah didapat.

Maksudku, kata2 "suatu keadaan" bukanlah sikap suatu sikap pasrah, tapi lebih kepada keadaan yang mengharuskan kita pada posisi itu. Keadaan dimana kita berada dalam posisi single, keadaan dimana kita kita menikmati kesendirian, keadaan dimana kita tidak menerima orang karena merasa tidak nyaman.

Lalu bagaimana jika gw berada dalam posisi dimana gw belum mendapat jodoh di usia tertentu? yaa..keadaannya saat itu adalah begitu..gw nikmati seluruhnya dengan sebaik mungkin..

that's why i didn't choose (not) P i l i h a n H i d u p for single..tapi suatu Keadaan dan bukan P i l i h a n.

Nurul Diana said...

tp vis..bener juga..nanti gw edit lagi deh tulisannya, mungkin yang betul adalah "menjadi wanita single merupakan suatu pilihan, sementara berpasangan merupakan suatu pilihan hidup"..gitu kira-kira ya? dua-duanya merupakan keadaan yang kudu dijalani..hehhe...memang nulis itu gak sekali jadi ya, kyk bikin brownies :p

Anonymous said...

Weits, setaun lebih baru gue baca. Kata bonyok gue yang sedang seru2nya manas2in gue untuk segera menikah intinya adalah: life planning.

Bokap gue menikah umur 25 tahun, itu juga setelah dipanas2in sama kakaknya (maksudnya: pakde gue. Lho kok bukan kakek gue? Ya, maklum dengan 7 bersaudara dan anak yang merantau, mana sempet kakek gue ingetin bokap soal 'pritilan' begini.) Bokap gue kalah argumen waktu dikasi pertanyaan, "Kalo baru punya anak di umur 40. Terus waktu pensiun, itu anak lagi getol2nya butuh biaya banyak untuk sekolah. Repot kan?"

Makanya para orangtua dan lingkungan (terutama budaya ketimuran) selalu mendorong para muda-mudi untuk segera menikah. Biar life planning-nya gak berantakan. Idealnya ketika para orangtua pensiun bekerja, maka anak2nya udah pada mentas semua, tinggal dikawinin doang. Beres deh tanggung jawab sebagai orangtua.

Gue sih masih manggut2 aja belum kawin2 juga ... hehehe ... biarpun udah 28, telat 3 taun dari target bonyok.